INFO
Mitos Cabut Gigi Sebabkan Buta, Ini Penjelasan Dokter Gigi
14 July 2025

Gigisehat - Ada mitos cabut gigi dikaitkan dengan risiko kebutaan. Benarkah demikian? Dokter Gigi RSUD Dr. Iskak Tulungagung, drg. Danang Dewantara menyebut anggapan tersebut sebagai mitos belaka.
Ia menegaskan tidak ada korelasi antara tindakan pencabutan gigi dengan gangguan pada indra penglihatan.
“Itu adalah sebuah penafsiran. Kepercayaan itu hanyalah sebuah mitos atau cerita primitif yang berkembang dari mulut ke mulut di lingkungan masyarakat yang masih terjebak pada pemikiran kolot,” ujar drg. Danang.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Lebih lanjut, ia menjelaskan secara anatomi, jaringan saraf antara gigi dan mata terpisah. Karena itu, pencabutan gigi rahang atas tidak akan memengaruhi fungsi mata.
“Percabangan saraf gigi dan mata itu terpisah sehingga tidak ada hubungannya dengan mata,” katanya.
Meski demikian, drg. Danang menekankan, gangguan penglihatan memang bisa terjadi akibat infeksi pada gigi, bukan dari proses pencabutannya.
Infeksi yang parah bisa menyebar ke jaringan sekitar, termasuk ke saluran saraf menuju mata, dan dalam kasus ekstrem dapat menyebabkan kebutaan.
“Yang dapat menyebabkan gangguan pada mata bukan proses pencabutannya, melainkan infeksi gigi yang sudah meluas bisa ke hidung, telinga dan bahkan sampai ke mata. Infeksi itu pula yang bisa menyebabkan pembengkakan (pada gusi),” katanya.
drg. Danang mengingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan gigi berlubang.
Menurutnya, lubang gigi menjadi pintu masuk kuman ke dalam tubuh dan dapat memicu infeksi berbahaya.
Dalam penjelasannya, ia memaparkan kepala manusia memiliki 12 cabang saraf kranial, termasuk saraf trigeminus (V/5 kraniofasial) yang bercabang menjadi tiga bagian yaitu saraf untuk gigi rahang bawah (mandibula), gigi rahang atas (maksilaris), dan saraf mata.
“Walaupun berasal dari jaringan induk saraf yang sama, akan tetapi apabila terjadi kerusakan pada salah satu cabang saraf, maka hal ini tidak akan mempengaruhi fungsi cabang saraf yang lainnya,” terangnya.
Infeksi bisa terjadi baik sebelum maupun setelah pencabutan gigi.
drg. Danang menerangkan infeksi pascaoperasi bisa muncul jika area bekas pencabutan tidak tertutup rapat, sehingga kuman masuk dan menyebabkan komplikasi di jaringan sekitar, seperti sinusitis.
“Kalau gigi sudah parah memang harus dicabut. Jika dibiarkan maka akan menyebabkan infeksinya meluas dan menimbulkan pembengkakan dan fraktur,” katanya.
Ia juga menjelaskan pertimbangan untuk mencabut gigi tidak dilakukan sembarangan. Harus ada indikasi klinis yang jelas, misalnya kerusakan gigi yang lebih dari setengah lebar dan kedalamannya.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Dengan pemahaman medis yang benar, masyarakat diharapkan tidak lagi terjebak pada mitos-mitos lama.
Perawatan gigi yang tepat dan segera ke dokter gigi saat ada keluhan adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi.***
Sumber: RSUD Tulungagung