Saat Gigi Anak Tak Tumbuh Sesuai Harapan, Apa yang Bisa Dilakukan?

Gigisehat - Apa yang terjadi jika seorang anak yang sudah tumbuh besar belum juga memiliki gigi tetap, atau bahkan gigi susunya belum lengkap?

Bagi sebagian orang tua, ini mungkin memicu rasa cemas. Bagi si anak, kondisi ini bisa memengaruhi rasa percaya diri dan fungsi dasar seperti bicara dan makan.

Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah hypodontia -gangguan pertumbuhan gigi yang berkaitan erat dengan faktor genetik.

Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan

Apa Itu Hypodontia?

Hypodontia adalah kondisi di mana satu atau beberapa gigi tidak tumbuh sebagaimana mestinya.

Anak yang mengalaminya mungkin hanya memiliki beberapa gigi susu yang tidak lengkap, dan ketika gigi susu copot, gigi permanen yang seharusnya menggantikan tak kunjung muncul.
Pada beberapa kasus, hal ini terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan seperti bibir sumbing.

Biasanya, seorang anak telah memiliki gigi susu lengkap pada usia tiga tahun.

Ketika remaja, antara usia 12-14 tahun, gigi permanen mulai tumbuh.

Namun bagi penderita hypodontia, proses alami ini terganggu total.

Hypodontia dan Gen WNT10A

Hypodontia bukan sekadar “anak telat tumbuh gigi”. Ini adalah kondisi medis yang berakar pada genetika.

Penelitian menyebutkan ada lebih dari 10 gen yang bisa menyebabkan gangguan ini, tetapi gen WNT10A adalah pemain utama.

Gen ini berkaitan erat dengan displasia ektodermal, sebuah kelainan genetik yang tidak hanya memengaruhi gigi, tetapi juga rambut, kuku, dan kelenjar keringat.

Hypodontia adalah salah satu bentuk manifestasi dari displasia ektodermal.

Ketika Gigi Tak Tumbuh, Apa Dampaknya?

Selain masalah estetika, hypodontia bisa berdampak pada fungsi vital anak seperti:

- Kesulitan mengunyah makanan

- Gangguan berbicara (artikulasinya bisa terdengar “berbeda”)

- Bentuk rahang yang tak simetris

- Rasa minder saat berinteraksi sosial

Anak dengan kondisi ini mungkin tumbuh dalam lingkungan yang tidak memahami keunikannya. Itulah mengapa deteksi dini sangat penting.

Apakah Bisa Dicegah?

Sayangnya, karena hypodontia adalah kondisi genetik, tidak ada cara untuk mencegah sepenuhnya.

Deteksi dini bisa menjadi langkah penting untuk menyesuaikan penanganan medis dan estetika sejak awal.

Dokter gigi biasanya akan melakukan pemeriksaan dengan sinar X untuk melihat tanda-tanda seperti:

- Jarak renggang antar gigi

- Ukuran gigi yang sangat kecil atau runcing

- Bentuk gigi geraham yang tak lazim

Tiga Solusi untuk Hypodontia

Bergantung pada tingkat keparahan dan usia anak, berikut tiga solusi yang bisa dilakukan:

1. Pemakaian Kawat Gigi

Pemakaian kawat gigi untuk merapatkan celah antar gigi dan mencegah keperluan gigi palsu. Ini juga membantu membentuk struktur rahang yang lebih rapi.

2. Perbaikan Bentuk Gigi

Gigi yang terlalu kecil dan runcing dapat diperbaiki dengan bahan penambal khusus, agar lebih menyerupai gigi normal.

3. Gigi Palsu (Prostetik)

Jika diperlukan, gigi palsu bisa menjadi solusi jangka panjang. Pilihannya adalah Denture (bisa dilepas pasang), Dental bridge (direkatkan di antara gigi alami) dan Implan gigi (ditanam langsung ke tulang rahang).

Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi

Memiliki anak dengan kondisi hypodontia memang memerlukan perhatian ekstra. Tapi kabar baiknya, penanganan modern bisa membuat mereka tetap tumbuh percaya diri, sehat, dan aktif.

Yang terpenting adalah mengenali gejala lebih awal dan berkonsultasi dengan dokter gigi sejak usia dini.***