INFO
Dokter Gigi Penyandang Disabilitas Fisik Mendapat Beasiswa LPDP ke Jerman
21 October 2023

Gigisehat - Keterbatasan fisik tidak menghalangi Mochamad Nur Ramadhani menempuh pendidikan tinggi dan menjadi dokter gigi.
Dhani panggilan akrabnya adalah penyandang disabilitas fisik. Sehari-hari, dokter muda ini berjalan menggunakan satu kaki palsu atau prostesis.
Dhani kehilangan kaki kanannya sejak remaja, masa di mana seharusnya bisa melakukan banyak aktivitas seperti remaja pada umumnya.
Tidak memilih terpuruk, Dhani membuktikan dirinya bisa terus melaju menjalani kehidupan dan karier cemerlang.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Lulusan S1 Fakultas Kedokteran Gigi ini meraih gelar master dari Humboldt Universitaet Zu Berlin.
Perjalanan Dhani hingga mendapat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Kanker tulang dan amputasi kaki
Masa kecil Dhani dihabiskan di Jerman mengikuti ayahnya yang sedang bertugas. Dhani gemar bermain sepak bola selama di sana.
Hari-hari pria kelahiran Bandung saat luang banyak diisi dengan memainkan si kulit bundar.
Tiba saat kelas tujuh, Dhani pulang ke Indonesia seiring dengan selesainya tugas ayahnya di Jerman.
Namun, sesuatu tidak diduga terjadi. Dia divonis menderita kanker tulang setelah setahun tinggal di Indonesia.
Sel ganas ini muncul di atas lutut kanannya dan menyebar cepat ke kakinya.
Dhani tidak mengetahui secara pasti mengapa penyakit itu bersarang di tubuhnya.
Dia hanya bisa menduga mungkin karena sering melakukan aktivitas fisik dan benturan, iklim berbeda, atau mutasi gen.
Satu-satunya jalan agar kanker tidak terus menjalar ke bagian tubuh yang lain adalah amputasi kaki.
Butuh waktu sekitar enam bulan bagi Dhani sebelum memutuskan amputasi.
Meski berat, namun tidak ada pilihan lain mengakhiri ganasnya kanker tulang yang telah menggerogoti kaki kanannya selain amputasi.
“Karena kalau misalkan diamputasi, mungkin aktivitas akan terbatas. Tapi saya yakin menyelamatkan satu nyawa ya, ini (kaki) nanti akan bisa digantikan dibandingkan kita harus mempertahankan satu kaki dan belum tentu terselamatkan juga sehingga memutuskan untuk diamputasi,” ungkapnya.
Akhirnya pada 2008, Dhani kehilangan mulai paha bagian atas hingga ujung kaki.
Setelah itu, dia menjalani kemoterapi untuk memastikan sel kanker benar-benar hilang dari tubuhnya.
Hidup baru seorang disabilitas
Pasca amputasi, kondisi tubuh Dhani masih sangat lemah karena efek serangan kanker sebelumnya.
Fisiknya ringkih dan tidak bisa berdiri sehingga harus menggunakan kursi roda.
Setelah kondisi tubuhnya mulai bugar, dia belajar berjalan menggunakan tongkat kaki.
Tidak mudah bagi Dhani yang saat itu masih remaja menjalani kehidupan sebagai seorang dengan disabilitas daksa.
"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat," kata anak pertama dari empat bersaudara ini.
Dhani harus melewatkan Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kerena proses amputasi dan penyembuhan di tahun 2008.
Dia kemudian mengulang kelas 9 SMP agar bisa mengikuti ujian dengan baik.
Dia mendapatkan nilai akademik tertinggi di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Karena itu, dia berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan.
Namun dia tidak gagal kuliah di jurusan kedokteran umum lewat jalur undangan karena banyak kampus mensyaratkan mahasiswanya tidak tuna daksa.
Akhirnya dia diterima di Universitas Padjajaran untuk mengenyam pendidikan dokter gigi.
Sebelum perkuliahan dimulai, Dhani sempat dipanggil dekan yang mengingatkan tidak mudah menyelesaikan studi kedokteran dengan status tunadaksa.
Hal itu dijadikan Dhani sebagai lecutan untuk merampungkan pendidikan dokter gigi.
Dhani berhasil menyelesaikan studi dan mendapat gelar spesialis dokter gigi pada 2018.
Selanjutnya, dia bekerja di klinik dokter gigi dan di Puskesmas di Gorontalo, Sulawesi Utara.
LPDP mewujudkan mimpi ke Jerman
Jerman begitu membekas dalam benak Dhani karena dirinya pernah hidup disana selama tujuh tahun.
Keinginannya untuk kembali ke Jerman terbuka melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan memfasilitasi penyandang disabilitas.
Dhani memilih International Health di Humboldt Universitaet, Berlin, Jerman.
"Awalnya kampus saya tidak ada dalam list LPDP Jerman, tetapi karena saya (jalur) afirmasi dan di afirmasi ada nama Humboldt Universitaet dan saya melamar disitu," ungkap Dhani.
Lewat jalur afirmasi beasiswa LPDP jalan Dhani untuk kembali ke Jerman terbuka lebar.
"Proses sangat dimudahkan oleh LPDP dari segi aksesibilitas fisik," tambahnya.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Dhani mendapat beasiswa LPDP dan mulai kuliah di Jerman pada 2020 dan meraih gelar Master of Science in International Health dua tahun kemudian.
Pulang ke Indonesia, dia mengikuti jejak ayahnya, sebagai abdi negara. Saat ini, Dhani bekerja di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan.***
Sumber: lpdp.kemenkeu.go.id