AI Bicara Soal Kanker Mulut, Inovasi Peneliti Muda Indonesia

Gigisehat - drg. Ayu Fresno Argadianti, Sp.PM, atau akrab disapa drg. Aga, mencatatkan prestasi ganda: 3rd Place Best Presenter in Original Research lewat riset berjudul Assessing AI-Generated Oral Cancer Information to Support Design-Thinking Educational Materials dan 1st Favourite Research Center Innovation Award dengan inovasi Oral Cancer FAQs Chatbot.

Kabar gembira ini datang dari dunia kedokteran gigi di ajang Temu Ilmiah Nasional dan Internasional ke-10 (TIMNASS X) yang berlangsung pada awal Agustus 2025.

Pencapaian ini menarik, karena Aga tidak sedang membawa bendera almamater asalnya, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), melainkan mewakili kampus tempat ia menempuh studi doktoralnya: University of Melbourne, Australia.

Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan

“Penelitian ini adalah bagian dari studi doktoral saya di University of Melbourne. Keinginan untuk mendukung Rencana Aksi Nasional Kesehatan Gigi dan Mulut 2024-2030 dalam meningkatkan jumlah screening rongga mulut sehingga memperbesar kemungkinan deteksi dini kanker rongga mulut, menjadi inspirasi awal penelitian ini,”ujar Aga dikutip dari laman FKG UGM.

Di Persimpangan Digitalisasi dan Kesehatan

Di era ketika masyarakat semakin terbiasa bertanya pada mesin pintar, muncul satu pertanyaan krusial: apakah jawaban dari Artificial Intelligence (AI) benar-benar akurat, apalagi bila menyangkut kanker mulut?

Informasi yang salah, meski hanya sedikit, dapat berujung fatal—diagnosis terlambat, perawatan tertunda, dan angka kematian meningkat.

Riset Aga mencoba menelusuri celah itu. Ia menimbang, menguji, lalu merancang ulang bagaimana sistem AI bisa menjadi mitra, bukan sekadar mesin penjawab.

“Penelitian ini adalah langkah awal untuk menggali potensi utilisasi sistem AI supaya baik masyarakat maupun klinisi mendapatkan manfaatnya: masyarakat terinformasikan dengan baik dan cepat, klinisi merawat dengan fokus dan komprehensif,” jelasnya.

Chatbot yang Belajar Bicara Manusia

Tantangan utama terletak pada penciptaan Chatbot, sebuah program berbasis AI yang mampu meniru percakapan manusia.

Namun bukan sekadar menjawab, melainkan menyesuaikan bahasa dengan pembaca awam. Standar yang diincar adalah tingkat keterbacaan setara kelas 8 sekolah menengah pertama.

Dengan begitu, orang biasa dapat memahami informasi seputar kanker mulut tanpa harus tersandung istilah medis yang rumit.

Tak hanya itu, chatbot juga dirancang untuk menyelipkan ajakan sederhana: mengingatkan pengguna untuk rutin memeriksa kesehatan gigi dan mulut.

“Ke depannya purwarupa ini bisa bekerja sama dengan sejawat dari Teknologi Informasi untuk penyempurnaannya,” tambah Aga.

Pertemuan Para Inovator

TIMNASS X digelar Universitas Airlangga dengan dukungan Universiti Malaya (Malaysia) dan University of Melbourne (Australia).

Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi

Ajang ini menghadirkan pembicara dari berbagai negara, antara lain Malaysia, Australia, Jepang, Selandia Baru, Thailand, hingga Filipina—serta partisipan dari Indonesia, Malaysia, Australia, dan India.

Di antara keragaman gagasan itu, inovasi Aga tampil sebagai gambaran bagaimana ilmu pengetahuan bergerak mengikuti zaman: teknologi bukan sekadar alat, melainkan jembatan menuju masyarakat yang lebih.***