INFO
Menjaga Gigi Bisa Jadi Cara Termudah Menyelamatkan Kesehatan Anda
24 August 2025

Gigisehat - Di kampus UCLA, laboratorium-laboratorium sibuk bukan sekadar ruang penelitian, tetapi juga titik tumpu masa depan kesehatan manusia.
Di balik dinding penuh kabel, mikroskop, dan papan tulis berisi skema rumit, para ilmuwan sedang mengupayakan sesuatu yang berpotensi mengubah kehidupan jutaan orang.
Didukung stabilitas pendanaan federal, riset mereka menjangkau beragam penyakit — dari Alzheimer hingga diabetes — dan membuktikan satu hal penting: sains dasar dapat menembus batas teori menuju terobosan nyata di ranah klinis.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Salah satu penelitian itu dipimpin Dr. S. Thomas Carmichael, ketua Departemen Neurologi UCLA. Timnya sedang mengembangkan obat yang dapat memperbaiki fungsi pembelajaran dan daya ingat pada pasien dengan kerusakan otak akibat demensia atau stroke.
Harapan besar bertumpu pada proyek ini, hingga Carmichael menggambarkannya dengan metafora sederhana namun tegas: “Kereta apinya tergelincir.”
Ucapan itu muncul setelah penangguhan pendanaan yang memangkas sekitar 23 juta dolar dari program yang ia jalankan.
Potensi terobosan ilmiah, yang sebelumnya bergerak maju dengan kecepatan penuh, kini harus tertatih menghadapi ketidakpastian.
Namun dampak pembekuan dana ini tidak berhenti di laboratorium neurologi.
Di bidang kedokteran gigi, Spyridon Hasiakos — seorang dokter spesialis endodontik yang kini menempuh studi doktoralnya di UCLA — meneliti keterkaitan yang jarang disorot: hubungan antara peradangan mulut dengan penyakit sistemik.
Ia menelusuri bagaimana sel-sel imun yang bereaksi di rongga mulut dapat berperan dalam penyakit serius seperti diabetes, artritis reumatoid, hingga radang usus.
“Dengan memahami jalur ini,” jelas Hasiakos, “kita bisa melihat kesehatan mulut sebagai pintu masuk menuju kesejahteraan tubuh secara menyeluruh.”
Tetapi di balik antusiasme ilmuwan muda seperti Hasiakos, terselip kekhawatiran yang lebih besar: brain drain.
Istilah ini merujuk pada potensi hilangnya generasi peneliti muda akibat ketidakpastian pendanaan.
Jika satu per satu ilmuwan berbakat mundur dari jalur akademis, maka dampaknya tidak hanya terasa di UCLA.
Seluruh ekosistem penelitian — mulai dari farmasi, bioteknologi, hingga ilmu iklim — berisiko terguncang.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Ilmu pengetahuan, pada akhirnya, bukan sekadar penemuan. Ia adalah mata rantai yang rapuh, bergantung pada dukungan berkelanjutan.
Di UCLA, para peneliti tengah berada di simpang jalan: antara kemungkinan menorehkan lompatan besar bagi umat manusia, atau menyaksikan kereta api sains benar-benar berhenti di tengah jalur.
Sumber: UCLA