INFO
Benang Gigi yang Bisa Menyelamatkan Dunia dari Penyakit Menular
23 August 2025

Gigisehat - Vaksin selalu menjadi garda depan dalam melawan penyakit menular. Dari influenza yang merebak musiman hingga herpes zoster yang mengintai di usia lanjut, jarum suntik telah menjadi simbol perlindungan.
Sebagian besar vaksin memang diberikan dalam bentuk suntikan tunggal atau berulang.
Meskipun aman dan efektif, jarum suntik sering kali menimbulkan rasa takut, nyeri, dan keterbatasan distribusi.
Maka, tak heran bila para ilmuwan kini melirik jalur lain: vaksin tanpa jarum.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Penelitian selama beberapa dekade mengisyaratkan bahwa mulut bukan sekadar pintu masuk makanan, melainkan juga jalur potensial untuk vaksin.
Vaksin yang diberikan melalui rongga mulut dapat memicu kekebalan ganda: di aliran darah, serta di jaringan mukosa—lapisan tipis yang menjadi perbatasan pertama tubuh ketika virus menyerang.
Namun, upaya melalui pipi atau bawah lidah sejauh ini masih memberikan hasil yang beragam.
Di sebuah laboratorium di North Carolina State University, tim peneliti yang dipimpin Dr. Harvinder Singh Gill mencoba melihat mulut dari sudut berbeda.
Mereka menaruh perhatian pada sulkus gingiva, celah mikroskopis di antara gigi dan gusi.
Di dasar celah itu terdapat epitel junctional—jaringan tipis dan permeabel, jauh lebih mudah ditembus daripada kebanyakan permukaan tubuh lainnya.
Hipotesis mereka sederhana namun radikal: bagaimana jika benang gigi bisa menjadi alat vaksinasi?
Temuan ini, yang dipublikasikan di Nature Biomedical Engineering pada 22 Juli 2025, mungkin terdengar seperti ide dari fiksi ilmiah.
Para ilmuwan melapisi benang gigi pipih dari apotek setempat dengan molekul vaksin, lalu menggunakannya pada gigi tikus laboratorium.
Hasilnya mencengangkan. Molekul seperti peptida, protein, bahkan virus influenza yang diinaktivasi, mampu berpindah dari benang gigi menuju jaringan gusi.
Lebih jauh lagi, benang gigi yang dilapisi virus flu mampu memicu respons imun yang kuat: antibodi muncul bukan hanya di aliran darah, tetapi juga di permukaan mukosa—benteng terdepan melawan infeksi.
Uji berikutnya membawa kejutan lain. Tikus yang divaksinasi dengan cara ini ternyata sepenuhnya terlindungi dari infeksi influenza fatal.
Perlindungan itu lebih baik daripada vaksin di bawah lidah, dan hampir menyamai vaksin intranasal yang selama ini dianggap standar emas untuk memicu imunitas mukosa.
“Kami menemukan bahwa pemberian vaksin melalui epitel junctional menghasilkan respons antibodi yang jauh lebih unggul pada permukaan mukosa dibandingkan standar emas saat ini untuk vaksinasi melalui rongga mulut, yang melibatkan penempatan vaksin di bawah lidah,” ujar Rohan Ingrole dari Texas Tech University, penulis pertama studi tersebut.
“Teknik flossing juga memberikan perlindungan yang sebanding terhadap virus flu dibandingkan dengan vaksin yang diberikan melalui epitel hidung.”
Bagi Gill, hasil ini menegaskan peluang besar. “Hal ini sangat menjanjikan, karena sebagian besar formulasi vaksin tidak dapat diberikan melalui epitel hidung—fitur penghalang pada permukaan mukosa tersebut mencegah penyerapan vaksin secara efisien,” katanya.
Untuk menguji apakah pendekatan serupa aman dan dapat diterima manusia, tim menggunakan tusuk gigi sekali pakai yang dilapisi pewarna fluoresen pada 27 orang sukarelawan.
Pewarna itu berhasil menembus epitel junctional, dan para peserta menyatakan teknik tersebut tidak menimbulkan ketidaknyamanan berarti.
Implikasinya luas. Vaksin berbasis benang gigi atau tusuk gigi bisa menjadi solusi di wilayah dengan keterbatasan tenaga medis dan fasilitas pendingin. Tanpa jarum, tanpa rasa sakit, tanpa rantai dingin yang rumit—vaksin ini berpotensi diproduksi lebih murah dan didistribusikan lebih merata.
Namun, jalan masih panjang. Para peneliti mengingatkan, dibutuhkan uji klinis lebih lanjut untuk memahami seberapa kuat respons imun manusia terhadap metode ini, serta apakah teknik flossing bisa diterapkan pada individu dengan penyakit gusi.
Satu pertanyaan besar lainnya tetap menggantung: bagaimana dengan anak-anak kecil yang belum memiliki gigi?
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Seperti banyak terobosan ilmiah, ide besar ini lahir dari sesuatu yang sederhana—seutas benang gigi.
Mungkin suatu hari nanti, benda kecil di kamar mandi itu tak hanya mencegah karies, tetapi juga menjadi tameng pertama melawan pandemi global berikutnya.***
Sumber:NIH