INFO
Penelitian Terbaru: Makanan Bertepung Bisa Sebabkan Gigi Berlubang
07 March 2025

Gigisehat - Selama ini, gula dianggap sebagai musuh utama kesehatan gigi. Namun, penelitian terbaru menunjukkan, makanan bertepung juga berpotensi menyebabkan gigi berlubang, tergantung faktor genetik tertentu.
Dikutip dari Medical Daily, Senin 3 Maret 2025, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Mikroorganisme mengungkap bagaimana mikrobioma mulut merespons pati. Studi ini melibatkan 31 peserta.
Mikrobioma mulut mengacu pada komunitas mikroorganisme yang hidup secara alami di dalam mulut, termasuk bakteri, virus dan jamur.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Selain itu, juga mikroba lain yang berkontribusi terhadap kesehatan mulut.
Para peneliti dalam studi ini fokus pada gen AMY1, yang mengkode enzim amilase saliva dan bertanggung jawab memecah pati di dalam mulut.
Temuan mereka menunjukkan, jumlah salinan gen AMY1 dalam DNA seseorang, jika dikombinasikan dengan konsumsi pati, dapat mempengaruhi komposisi bakteri dalam mikrobioma mulut.
"Kebanyakan orang telah diperingatkan, jika makan banyak gula, pastikan menyikat gigi. Namun, temuan penting di sini tergantung pada jumlah salinan AMY1 yang dimiliki seseorang. Mereka mungkin perlu lebih waspada dalam menjaga kebersihan gigi setelah mengonsumsi pati yang dapat dicerna," ujar penulis senior studi, Angela Poole.
Dalam penelitian ini, para peneliti mengumpulkan sampel air liur dari peserta dengan jumlah salinan gen AMY1 berbeda, kemudian memasukkan pati ke dalam sampel yang dikultur.
Hasilnya menunjukkan perubahan signifikan dalam komposisi bakteri setelah penambahan pati.
Secara umum, mereka menemukan keberagaman bakteri dalam mikrobioma mulut menurun setelah mengonsumsi pati.
Dalam sampel dengan jumlah salinan AMY1 lebih tinggi, pati menyebabkan penurunan signifikan pada bakteri Atopobium dan Veillonella. Sementara, kadar Streptococcus meningkat.
Ketiga jenis bakteri ini diketahui berhubungan dengan risiko kerusakan gigi dan penyakit gusi.
"Beberapa bakteri meningkat dan beberapa menurun, jadi tidak bisa dikatakan semuanya baik atau buruk. Ini adalah interaksi kompleks, di mana jumlah salinan AMY1 dan jenis spesies bakteri di mulut seseorang saat mereka mengonsumsi pati dapat memengaruhi risiko terkena penyakit gigi," tambah Poole.
Penelitian ini juga mencatat mikrobioma oral manusia telah berevolusi bersamaan dengan gen AMY1.
Populasi dengan riwayat konsumsi pati yang lebih lama cenderung memiliki lebih banyak salinan gen AMY1.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Temuan ini menegaskan, perawatan gigi tidak hanya perlu difokuskan pada konsumsi gula, tetapi juga pola makan secara keseluruhan, termasuk asupan pati.
Dengan memahami faktor genetik dan dampaknya terhadap mikrobioma mulut, pendekatan yang lebih personal dalam menjaga kesehatan gigi dapat diterapkan di masa depan.***