INFO
Ulkus Traumatik Mulut: Luka Kecil yang Bisa Ganggu Aktivitas Sehari-hari
19 September 2025

Gigisehat - Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari kualitas hidup manusia. Sayangnya, riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan 45,3% masyarakat Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut.
Salah satu keluhan yang sering muncul di seluruh dunia adalah lesi oral, atau luka pada jaringan mulut.
Salah satu bentuk lesi yang paling umum adalah ulkus oral. Luka ini ditandai dengan hilangnya jaringan di lapisan dasar mulut dan kerusakan epitel (lapisan pelindung mulut) yang terus berlanjut.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Penyebabnya sangat beragam, mulai dari trauma (cedera), infeksi, alergi, penyakit kulit, autoimun, hingga tumor.
Apa itu Ulkus Traumatik Mulut?
Ketika luka di mulut muncul akibat cedera, kondisi ini disebut oral traumatic ulcer.
Ulkus ini biasanya berupa luka tunggal yang terasa nyeri. Sumber cederanya bisa berupa:
- Iritasi mekanis, misalnya gesekan gigi tiruan lepasan atau kawat penahan gigi tiruan.
- Trauma kimiawi dari zat tertentu.
- Gigi retak, tonjolan gigi yang tajam, atau komponen alat kedokteran gigi.
Di Indonesia, 93,3% kasus lesi mulut adalah ulkus traumatik. Angka ini lebih tinggi dibandingkan beberapa negara lain.
Misalnya, penelitian di Polandia Barat Daya menemukan 4,2% anak dan remaja menderita ulkus traumatik, sementara studi di Shanghai hanya mencatat 1,23% pada usia 17–92 tahun.
Di Indonesia sendiri, studi menunjukkan 6,7% populasi usia 5–55 tahun pernah mengalami kondisi ini.
Bagaimana Gejalanya?
Secara klinis, ulkus traumatik tampak jelas:
- Luka berwarna merah dengan tepi menonjol.
- Terdapat lapisan putih kekuningan (pseudomembran) di bagian tengah yang mudah dibersihkan.
- Lokasinya sering ditemukan di bagian dalam pipi (mukosa bukal), lidah, atau bibir bawah.
- Luka terasa nyeri dan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti makan atau berbicara.
Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan ulkus di mulut sebenarnya cukup cepat karena jaringan mukosa mulut memiliki kemampuan regenerasi yang baik. Proses ini melibatkan empat tahap:
1. Hemostasis – pembekuan darah untuk menghentikan perdarahan.
2. Inflamasi – reaksi peradangan untuk membersihkan jaringan rusak.
3. Proliferasi – pembentukan jaringan baru.
4. Remodeling – perbaikan dan penguatan jaringan.
Berbeda dengan luka di kulit, ulkus di mulut jarang meninggalkan jaringan parut (bekas luka).
Namun, bila proses penyembuhan terganggu, bisa timbul komplikasi seperti jaringan parut hipertrofik (kemerahan, menonjol, nyeri, dan gatal).
Cara Penanganan
Kunci utama perawatan adalah menghilangkan penyebab
Misalnya, mengganti gigi tiruan yang menimbulkan iritasi atau merapikan tonjolan gigi tajam.
Setelah itu, beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Obat topikal: semprotan anestesi lokal atau kortikosteroid untuk mengurangi nyeri dan peradangan.
- Emolien: menjaga kelembapan area luka.
- Antibakteri: mencegah infeksi sekunder.
- Obat kumur antiseptik: salah satunya mengandung klorheksidin, yang mampu membunuh bakteri dan mencegah plak hingga 12 jam.
Meski efektif, klorheksidin juga bisa menimbulkan efek samping, seperti rasa terbakar pada lidah, gangguan pengecapan, perubahan warna gigi, hingga iritasi jika tertelan.
Karena itu, penggunaannya tidak boleh terlalu lama agar keseimbangan bakteri baik di mulut tetap terjaga.
Kapan Harus ke Dokter?
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Jika ulkus traumatik tidak kunjung sembuh dalam waktu 2–3 minggu, pemeriksaan lanjutan seperti biopsi perlu dilakukan.
Tujuannya untuk memastikan luka tersebut bukan mengarah pada kondisi yang lebih serius, termasuk keganasan.***
Sumber: https://unair.ac.id/proses-penyembuhan-pada-salah-satu-gangguan-mulut-oral-traumatic-ulcer-otu/