INFO

Studi: Rasa Malu Jadi Penghalang Perawatan Gigi

27 October 2025

Ilustrasi - Gigi sehat.(Pixabay)

Gigisehat - Sebuah studi terbaru mengungkap rasa malu dapat membuat seseorang enggan mendapatkan perawatan gigi, yang pada akhirnya memperburuk ketimpangan kesehatan mulut. Para peneliti memperingatkan, fenomena yang dikenal sebagai dental shame ini bukan sekadar masalah psikologis, tetapi juga faktor sosial yang berdampak besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

“Rasa malu dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian orang tidak suka memperlihatkan giginya kepada dokter gigi atau mengakui bahwa mereka merokok atau memiliki pola makan yang buruk,” ujar Profesor Luna Dolezal dari University of Exeter, peneliti utama dalam proyek Shame and Medicine.

Malu Rasa dan Siklus Negatif Kesehatan Gigi

Penelitian ini dilakukan Louise Folker, Esben Boeskov Øzhayat, dan Astrid Pernille Jespersen dari University of Copenhagen, bekerja sama dengan Luna Dolezal dari University of Exeter, Lyndsey Withers, seorang relawan komunitas, serta Martha Paisi dari Peninsula Dental School, University of Plymouth, dan Christina Worle, seorang dokter gigi.

Mereka menemukan, rasa malu dapat menjadi penyebab sekaligus akibat dari masalah kesehatan gigi.

“Seperti dijelaskan dalam penelitian ini, rasa malu terhadap kondisi gigi merupakan akibat sekaligus penentu masalah kesehatan mulut. Disebut akibat karena masalah gigi dapat menimbulkan rasa malu, dan disebut penentu karena rasa malu bisa menjadi penghalang dalam perawatan gigi sehari-hari maupun dalam berinteraksi dengan dokter gigi,” jelas Dolezal.

Dengan kata lain, rasa malu yang timbul akibat kondisi gigi yang buruk bisa membuat seseorang menghindari pemeriksaan atau pengobatan.

Akibatnya, masalah gigi makin parah dan menimbulkan rasa malu yang lebih besar, menciptakan lingkaran spiral negatif yang saling memperburuk.

“Hal ini dapat menjadikan rasa malu terhadap kondisi gigi sebagai lingkaran yang saling memperkuat, di mana rasa malu terhadap kesehatan mulut mendorong perilaku perawatan gigi yang buruk, yang pada akhirnya memperparah masalah kesehatan gigi dan ketimpangan, dan menghasilkan rasa malu yang lebih besar,” tambahnya.

Dampak Sosial dan Psikologis dari Dental Shame

Para peneliti menegaskan gigi memiliki peran penting dalam penampilan, rasa percaya diri, dan interaksi sosial. Karena gigi merupakan bagian wajah yang terlihat jelas, rasa malu terhadap kondisi gigi dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari hubungan sosial hingga akses ke pekerjaan dan layanan kesehatan.

“Karena gigi kita sangat terlihat dan berperan besar dalam penampilan serta kesejahteraan secara keseluruhan, rasa malu terhadap gigi dapat memengaruhi harga diri, interaksi sosial, akses terhadap dunia kerja, sistem perawatan, dan layanan sosial. Spiral penurunan ini tidak hanya berkaitan dengan kesehatan mulut, tetapi juga berbagai aspek kehidupan lainnya,” kata Dolezal.

Rasa malu terhadap kondisi gigi kerap muncul akibat kerusakan gigi, bau mulut, atau penampilan gigi yang dianggap tidak menarik. Faktor sosial seperti kemiskinan, trauma, kekerasan, serta kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan pola makan tidak sehat juga menjadi pemicunya.

Menurut penelitian ini, dental shame dapat menyebabkan penurunan harga diri, isolasi sosial, dan perilaku perawatan gigi yang buruk, sehingga memperlebar kesenjangan dalam kesehatan masyarakat.

Kompetensi Mengelola Rasa Malu

Salah satu temuan penting dari studi ini adalah bagaimana rasa malu sering kali diperkuat oleh tenaga kesehatan, baik secara sengaja maupun tidak.

Dalam beberapa kasus, dokter gigi menggunakan rasa malu untuk memotivasi pasien agar mengubah perilaku, namun hasilnya tidak selalu efektif dan dapat memperburuk trauma psikologis pasien.

“Para peneliti memperingatkan bahwa tenaga kesehatan dapat menimbulkan rasa malu pada pasien, baik secara sengaja maupun tidak. Ketika rasa malu digunakan dengan tujuan memotivasi perubahan perilaku yang positif, tidak ada jaminan bahwa hal ini akan menghasilkan perubahan yang bermanfaat,” tulis laporan tersebut.

Karena itu, para ahli merekomendasikan agar tenaga kesehatan, khususnya di bidang kedokteran gigi, dilatih dalam ‘kompetensi mengelola rasa malu’ (shame competence), yaitu kemampuan untuk mengenali, memahami, dan menangani dinamika rasa malu secara empatik.

Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada perilaku individu, tetapi juga pada perbaikan sistemik, termasuk kebijakan layanan kesehatan dan struktur biaya perawatan yang sering kali memperkuat rasa malu sosial.

“Sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang tidak menghakimi, di mana pasien merasa dipercaya dan berdaya untuk memprioritaskan kesehatan giginya,” tambah Dolezal.

Perlunya Lingkungan Perawatan yang Empatik dan Inklusif

Peneliti menekankan pentingnya menciptakan lingkungan perawatan yang empatik, inklusif, dan bebas dari penilaian negatif. Sistem kesehatan harus memastikan pasien merasa aman untuk terbuka tentang kebiasaan mereka, tanpa takut dihakimi.

“Mereka yang bekerja di bidang kedokteran gigi maupun layanan sosial harus dilatih dalam kompetensi mengelola rasa malu. Pendekatan ini mencakup upaya mengatasi hambatan sistemik dan merancang lingkungan perawatan yang empatik serta inklusif,” tulis laporan tersebut.

Selain itu, struktur biaya layanan kesehatan juga perlu ditinjau ulang karena dapat memperparah rasa malu bagi kelompok berpenghasilan rendah.

Dengan memahami akar sosial dan emosional dari dental shame, para ahli berharap lebih banyak orang akan berani mencari bantuan dan mendapatkan perawatan yang layak, sehingga kesenjangan kesehatan gigi dapat ditekan secara global.***

Sumber: exeter.ac.uk

GIGISEHAT

Register

🦷✨ Selamat Datang di Dunia Tanpa Batas Ilmu Kedokteran Gigi!

Anda baru saja memasuki ruang interaktif berbasis Artificial Intelligence yang dirancang khusus untuk menjawab setiap pertanyaan seputar Ilmu Kedokteran Gigi—mulai dari teori dasar, kasus klinis, prosedur perawatan, hingga teknologi terbaru dalam dunia dentistri.

💡 Tanyakan Apa Saja

🧠 Didukung AI mutakhir, sistem ini akan membantu Anda memahami konsep, menyelesaikan studi kasus, hingga mendalami referensi akademik secara efisien dan terpercaya.

⚠ Catatan Penting

Platform ini khusus untuk Dokter Gigi dan Mahasiswa Kedokteran Gigi yang terdaftar secara resmi.

📥 DAFTARKAN DIRI ANDA SEKARANG!

🔒 Akses penuh hanya diberikan kepada pengguna yang telah melakukan registrasi dan verifikasi profesional.
Bergabunglah bersama komunitas cerdas dan berdedikasi di bidang kedokteran gigi.

Data Diri

Nama
Email
Password
Universitas
Semester
Tempat / Tgl Lahir
Jenis Kelamin
No KTP
Alamat
No telepon / HP