INFO
Jutaan Orang Alami Sakit Gigi, Dosen UGM Ungkap Kebiasaan Buruk Pemicunya
23 October 2025

Gigisehat - Program Cek Kesehatan Gratis yang diikuti lebih dari 44,9 juta warga menunjukkan potret nyata kondisi kesehatan publik Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41,89 juta orang telah menjalani pemeriksaan. Hasilnya menunjukkan tiga penyakit paling banyak ditemukan, yaitu sakit gigi, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan diabetes mellitus (gula darah tinggi).
Temuan tingginya kasus sakit gigi menjadi perhatian khusus bagi drg. Asikin Nur, M.Kes, Ph.D, Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Menurutnya, lonjakan jumlah penderita sakit gigi mencerminkan masih lemahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Kebiasaan menjaga kebersihan mulut seharusnya terbentuk secara konsisten,” ujar Asikin dikutip dari laman UGM, Rabu 22 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, pola konsumsi makanan dan minuman manis menjadi salah satu faktor utama penyebab meningkatnya kasus sakit gigi.
Kandungan glukosa tinggi pada makanan olahan, minuman kemasan, serta jajanan manis dapat mempercepat proses kerusakan gigi.
“Makanan yang mengandung glukosa tinggi justru meningkatkan risiko sakit gigi,” katanya.
Selain faktor konsumsi, kondisi kebersihan gigi dan mulut yang buruk juga menjadi penyumbang signifikan.
Menurut Asikin, rendahnya kesadaran atau pengetahuan masyarakat tentang kesehatan mulut, serta keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan gigi, memperburuk situasi.
“Sakit gigi umumnya disebabkan kurangnya kesadaran atau pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut hingga minimnya akses terhadap layanan fasilitas kesehatan yang masih terbatas,” jelasnya.
Sebagai langkah pencegahan, Asikin menekankan pentingnya pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin minimal setiap enam bulan sekali, bahkan ketika tidak ada keluhan.
“Kebiasaan menunda pemeriksaan hingga terasa nyeri sering kali membuat kondisi menjadi lebih serius dan memerlukan penanganan medis yang memakan waktu serta biaya cukup besar. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan kesadaran bahwa menjaga lebih baik daripada mengobati,” katanya.
Lebih jauh, ia mendorong pemerintah dan lembaga pendidikan untuk memperkuat program edukasi kesehatan gigi sejak usia dini, baik di sekolah maupun di masyarakat luas.
“Langkah preventif yang bisa diambil dengan meningkatkan edukasi agar kesadaran menjaga kesehatan gigi dan mulut meningkat,” sarannya.
Selain edukasi, Asikin juga menyoroti pentingnya pemerataan tenaga kesehatan gigi dan mulut, seperti dokter gigi dan perawat gigi, agar masyarakat di berbagai daerah memperoleh akses layanan yang setara.
“Adanya pemerataan tenaga kesehatan, warga masyarakat dapat lebih mudah memperoleh pemeriksaan, perawatan, serta edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut,” katanya.
Menurutnya, peningkatan jumlah dan distribusi tenaga profesional di bidang kesehatan gigi akan mendukung tercapainya target kesehatan nasional yang fokus pada pencegahan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pemerataan akses fasilitas kesehatan hingga ke wilayah terpencil. Langkah ini mencakup pembangunan infrastruktur, penyediaan tenaga medis yang memadai, dan pemanfaatan teknologi seperti telemedicine untuk menjangkau daerah sulit akses.
“Pemerintah perlu mendorong peningkatan akses ke fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil untuk mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia,” pungkasnya.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Temuan lapangan dari program nasional ini memberikan gambaran penting bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum.
Dengan edukasi yang lebih luas, tenaga kesehatan yang merata, dan kebiasaan perawatan yang konsisten, Indonesia diharapkan dapat menurunkan angka penderita sakit gigi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di masa depan.***

 (1).png)



