INFO
Dari Laut ke Laboratorium: Keong Macan dan Harapan Baru Kesehatan Gigi
10 September 2025

Gigisehat - Di antara pasir putih dan arus laut hangat Indonesia timur, hidup seekor moluska bercangkang indah yang dikenal sebagai keong macan. Selama bertahun-tahun, cangkangnya hanya dianggap limbah ketika keong itu mati atau tertangkap nelayan.
Namun, siapa sangka, limbah laut yang sederhana ini kini berada di garis depan inovasi kesehatan gigi di Indonesia.
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta menemukan cara untuk mengubah cangkang keong macan menjadi sesuatu yang jauh lebih bernilai: bahan dasar gel nano-hidroksiapatit (n-HAp), sebuah senyawa mineral yang strukturnya mirip dengan enamel gigi manusia.
Tim peneliti ini terdiri dari Eliana Diah Puspita Arum, Lutfi Puspita Meliasari, Ratri Yulina Setiati, Melisa Sekarlina Putri Dayani, dan Rizky Amin Saputro.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Ketua tim, Eliana Diah Puspita Arum, menjelaskan latar belakang riset tersebut.
Ia mengatakan, karies tidak hanya menyebabkan gigi berlubang, tetapi juga dapat menimbulkan komplikasi infeksi gusi hingga berujung fatal.
"Karena itu, kami berupaya mengembangkan gel berbasis biomaterial lokal yang mampu sekaligus mendukung remineralisasi enamel gigi dan memiliki sifat antibakteri," ujar Eliana dalam siaran pers, Rabu 10 September 2025.
Keong macan dipilih karena kandungan kalsium karbonatnya yang tinggi, mencapai 97 persen, menjadikannya sumber potensial kalsium untuk sintesis n-HAp.
Inovasi penelitian ini semakin menarik karena menggabungkan n-HAp dengan biopolimer alami seperti kurma ajwa, siwak, dan propolis —tiga bahan dengan sejarah panjang dalam tradisi pengobatan—yang terbukti mampu meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap penyebab karies gigi.
Menurut Lutfi Puspita Meliasari, proses sintesis dilakukan dengan teknik kimia sol-gel yang menghasilkan n-HAp berkemurnian tinggi, kemudian diformulasikan menjadi gel menggunakan base polimer Na-CMC, guar gum, dan gliserin.
"Variasi konsentrasi n-HAp (0, 10, 20, dan 30 wt%) diuji untuk menentukan formulasi terbaik," katanya.
Namun, sebelum menjadi gel, tahap persiapan bahan dasar sangat menentukan. Ratri Yulina Setiati menjelaskan, tahap preparasi harus dipastikan dilakukan dengan benar agar menghasilkan bahan dasar berkualitas tinggi.
"Sintesis n-HAp kemudian dilanjutkan dengan kontrol suhu dan waktu yang ketat, sehingga kemurniannya terjaga," jelas Ratri.
Dari sana, tim kemudian menguji karakterisasi hasil sintesis. Rizky Amin Saputro mengatakan, tim melakukan uji XRD, FTIR, dan SEM, dan hasilnya menunjukkan kristalinitas tinggi serta struktur morfologi yang seragam.
"Hal ini menjadi indikator kuat bahwa gel n-HAp yang kami kembangkan layak untuk diaplikasikan dalam bidang kesehatan gigi," paparnya.
Langkah berikutnya adalah memastikan efektivitas gel terhadap bakteri yang menjadi musuh utama kesehatan gigi. Melisa Sekarlina Putri Dayani memaparkan,
"Gel yang kami hasilkan menunjukkan aktivitas antibakteri dengan zona hambat yang signifikan, sekaligus berpotensi memperkuat enamel gigi," jelasnya.
Jika penelitian ini berkembang lebih jauh, bukan mustahil suatu hari dokter gigi di Indonesia akan mengoleskan gel berbasis biomaterial laut kepada pasien anak atau orang dewasa—gel yang lahir dari perpaduan cangkang keong macan, bahan-bahan alami, dan kreativitas mahasiswa muda.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Lebih dari sekadar eksperimen laboratorium, riset ini menghadirkan visi baru: memanfaatkan kekayaan laut yang melimpah menjadi solusi kesehatan yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi.
Seperti yang diharapkan tim peneliti, gel remineralisasi berbasis biomaterial lokal ini suatu hari dapat mencegah karies, memperkuat enamel gigi, sekaligus memberi makna baru pada limbah laut yang sering terabaikan.***