INFO

Teknologi AI: Estimasi Usia Gigi Kini Lebih Cepat, Akurat dan Objektif

07 June 2025

IIustrasi - Gigi sehat.(Freepik)

Gigisehat - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk dunia kedokteran gigi forensik.

Salah satu terobosan signifikan adalah penerapan algoritma machine learning—terutama convolutional neural networks (CNN)—untuk memperkirakan usia seseorang melalui pencitraan gigi.

Metode ini terbukti lebih efisien dan objektif dibandingkan pendekatan konvensional yang selama ini bergantung pada pengamatan manual para ahli.

Dari Radiografi ke Algoritma

Pencitraan gigi, seperti radiografi dan tomografi, telah lama menjadi andalan dalam estimasi usia di bidang odontologi forensik.

Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan

Metode ini memanfaatkan tanda-tanda perkembangan gigi—mulai dari kalsifikasi, pertumbuhan akar dan mahkota, hingga tahap erupsi—untuk menilai usia kronologis seseorang.

Salah satu metode tradisional paling dikenal adalah London Atlas of Tooth Development and Eruption, yang digunakan secara luas untuk individu hingga usia 23 tahun.

Namun, metode ini tidak lepas dari kendala. Selain memerlukan keahlian tinggi, hasilnya kerap kali bersifat subyektif dan bergantung pada pengalaman pengamat.

Menjawab tantangan ini, riset terbaru di Indonesia mencoba mengintegrasikan AI ke dalam proses estimasi usia, dengan hasil yang menjanjikan.

Inovasi dari Universitas Airlangga

Tim peneliti dari Universitas Airlangga melakukan gebrakan dengan menggabungkan metode CNN dan pendekatan Al-Qahtani menggunakan citra radiografi panoramik atau orthopantomogram (OPG).

Sebanyak 801 gambar OPG dari anak-anak berusia 5 hingga 15 tahun digunakan untuk melatih model AI. Awalnya, akurasi model hanya mencapai di bawah 50%.

Namun, melalui teknik data augmentation—yakni memutar gambar radiografi untuk memperkaya variasi data—jumlah citra dilipatgandakan menjadi 1.298, dan akurasi pun meningkat signifikan hingga 74%.

Langkah ini membuktikan bahwa pengolahan citra gigi dengan algoritma yang tepat dapat menghasilkan prediksi usia yang jauh lebih dapat diandalkan, bahkan tanpa keterlibatan langsung para ahli.

Studi Global dan Potensi Luas AI

Tidak hanya di Indonesia, pendekatan serupa juga telah diterapkan di berbagai negara.

Di Malaysia, kombinasi CNN dengan algoritma K-Nearest Neighbors (KNN) berhasil mencapai akurasi nyaris sempurna—99,98%—untuk estimasi usia dalam rentang 15–23 tahun.
Penelitian di Kroasia dan Korea Selatan juga mengonfirmasi keunggulan CNN dalam menganalisis ribuan citra OPG, termasuk pada sisa-sisa arkeologis.

Namun, penggunaan AI bukan tanpa tantangan. Salah satu masalah utama adalah risiko overfitting, di mana algoritma terlalu cocok dengan data pelatihan dan gagal menggeneralisasi data baru.

Untuk itu, ketersediaan dataset yang besar, bervariasi, dan representatif menjadi krusial agar sistem AI dapat bekerja optimal di berbagai populasi.

Transparansi dan Validasi

Satu tantangan lain adalah menjelaskan bagaimana algoritma membuat keputusan.

Studi dari Korea Selatan mencoba mengatasi hal ini dengan visualisasi seperti heatmaps dan Grad-CAM —yang menyoroti area citra yang menjadi fokus AI saat memprediksi usia.
Pendekatan ini penting untuk meningkatkan kepercayaan publik dan komunitas ilmiah terhadap hasil yang dihasilkan AI.

Perbandingan antara metode tradisional seperti Kvaal dan algoritma seperti XG Boosting juga menunjukkan bahwa AI memiliki keunggulan dalam mendeteksi pola visual kompleks yang sulit ditangkap oleh mata manusia.

Dalam satu studi, XG Boosting mencatat galat rata-rata (MAE) sebesar 4,77, lebih baik dibandingkan MAE 5,68 pada metode Kvaal.

Menuju Otomatisasi Forensik Masa Depan

Integrasi kecerdasan buatan dengan praktik kedokteran gigi forensik menandai awal dari era baru dalam estimasi usia: lebih cepat, lebih presisi, dan lebih minim bias.

Meski validasi lebih lanjut masih diperlukan, khususnya lintas populasi dan dalam konteks hukum, temuan ini memperkuat posisi AI bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi sebagai fondasi utama dalam odontologi forensik modern.

Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi

Dengan akurasi 74% yang berhasil dicapai dalam penelitian Universitas Airlangga, AI menunjukkan potensinya sebagai game changer dalam dunia forensik.

Era di mana proses identifikasi bisa dilakukan secara otomatis dan objektif kini bukan lagi sekadar imajinasi, tetapi realitas yang semakin dekat.***

Sumber: unair.ac.id

Kunjungi Instagram dan YouTube gigi sehat....!

REGISTER

Register

Data Diri

Nama
Email
Password
Universitas
Semester
Tempat / Tgl Lahir
Jenis Kelamin
No KTP
Alamat
No telepon / HP