INFO

Peran Osseointegrasi dalam Kesuksesan Implan Gigi

23 February 2025

Pengukuhan 3 Guru Besar Tetap FKG) UI.(Dok.FKG UI)

Gigisehat - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan tiga Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI, yaitu Prof. drg. Lisa Rinanda Amir, Ph.D., PBO; Prof. Dr. drg. Ria Puspitawati, PBO; dan Prof. Dr. drg. Ratna Sari Dewi, Sp.Pros., Subsp.PKIKG(K).

Pengukuhan dipimpin Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., Ph.D., di Makara Art Center UI, Kampus Depok, Sabtu 25 Januari 2025.

Pada kesempatan itu, Prof. Ratna ditetapkan sebagai guru besar ke-10 yang dikukuhkan tahun ini dari total 481 guru besar UI.

Dalam penelitiannya berjudul “Dinamika Osseointegrasi: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Stabilitas Biomekanik dan Keberhasilan Implan Gigi”, Prof. Ratna menyebut, perawatan gigi tiruan implan saat ini sangat diminati karena keberhasilannya mencapai lebih dari 90%.

Salah satu tolok ukur keberhasilannya adalah tercapainya oseointegrasi, proses penting dalam perawatan implan gigi, di mana implan harus menyatu dengan tulang rahang secara optimal untuk mencapai stabilitas biomekanik dan keberhasilan jangka panjang.

Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi

Ada beberapa faktor yang memengaruhi osseointegrasi, antara lain faktor yang berhubungan dengan implan seperti desain implan dan komposisi kimiawi, topografi permukaan implan, bahan, bentuk, panjang, diameter, perlakuan pada permukaan implan dan lapisan luar implan.

Berbagai upaya dilakukan agar oseointegrasi optimal. Misalnya dengan modifikasi material implan, pengembangan desain thread implan, peningkatan panjang dan diameter implan dan modifikasi permukaan hidrofilik.

Pengukuran stabillitas implan merupakan metode penting untuk mengevaluasi keberhasilan implan.

Pengukuran ini dilakukan dengan uji tensional, analisis histomorfometrik, uji push-out/pull-out, analisis removal torque, uji perkusi, pengukuran torsi insersi, radiografis, periotest, dan analisis frekuensi resonansi (RFA).

RFA merupakan alat untuk mengevaluasi stabililitas implan non-invasif yang sudah dianggap sebagai gold standard.

Perangkat ini relatif mahal, dan masing-masing sistem implan mensyaratkan penggunaan transduser untuk OsstellTM dan pasak magnetik untuk Osstell Mentor TM.

Sebagai alternatif lain, Prof. Ratna melakukan penelitian dan menemukan alat baru dalam pemeriksaan oseointegrasi, yaitu Low Resonance Frequency Analysis (LRFA).

LRFA dapat diaplikasikan pada seluruh jenis implan dengan mendeteksi getaran yang ditimbulkan ketidakstabilan implan gigi terhadap tulang alveolar di sekitarnya.

Alat ini memiliki kemampuan untuk menentukan beban oklusal yang diterima gigi.

Apabila nilai LRFA di bawah 0,0620 berarti sudah terjadi oseointegrasi. Sebaliknya, jika melebihi angka tersebut dapat dinyatakan belum terjadi oseointegrasi.

Penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya korelasi sangat kuat antara hasil penilaian oseointegrasi dengan alat LRFA dibanding metode pemeriksaan histomorfometrik pada M. fascicularis jantan.

Alat ini telah dikembangkan dan telah diaplikasikan pada penelitian klinis.

Perkembangan implan gigi, baik dalam bahan maupun desain, tidak terlepas dari peran peneliti dan pabrik pembuat implan gigi.

Meski memiliki tingkat keberhasilan perawatan tinggi, implan gigi tetap memiliki risiko komplikasi biologis dan komplikasi mekanis.

Komplikasi biologis yang mungkin terjadi adalah kegagalan proses osseointegrasi akibat adanya trauma, infeksi, maupun micromovement yang akan menghambat bone remodelling.

Sebagian besar kegagalan implan yang disebabkan komplikasi biologis terjadi pada tahun pertama setelah pemasangan akibat adanya resorbsi tulang pada area sekitar implan.

Di sisi lain, komplikasi mekanis seperti fraktur implan, fraktur pada abutment, serta fraktur pada screw banyak terdeteksi dalam studi dengan rentang waktu yang lama.

Hal ini menunjukkan, komplikasi mekanis banyak muncul akibat frekuensi pemakaian implan dalam jangka panjang.

Komplikasi mekanis juga berkaitan dengan kekuatan beban pengunyahan dan stres pada implan.

“Kami berencana mengembangkan implan Indonesia. Untuk itu, kami melakukan penelitian baik mandiri maupun bersama tim, serta peserta didik, dalam Bidang implantologi," ujar ujar Prof. Ratna dikutip dari laman UI.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan desain baru serta prototipe implan gigi titanium untuk dikembangkan di Indonesia.

"Dengan diproduksinya implan tersebut, produksi alat kesehatan dalam negeri yang mendukung kesehatan masyarakat dapat meningkatkan melalui ketersediaan alat kesehatan yang berkualitas dengan harga yang relatif terjangkau,” jelasnya.

Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, Prof. Ratna menyelesaikan pendidikan Dokter Gigi FKG Universitas Gadjah Mada tahun 1991.

Ia menamatkan pendidikan di FKG UI pada program Spesialis I Prostodonsia tahun 2002, Doktor Kedokteran Gigi tahun 2010, dan Spesialis II Prostodonsia tahun 2018.

Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan

Jabatannya saat ini, antara lain sebagai Ketua Kolegium Kesehatan Indonesia (Kolegium Prostodonsia); Vice Director ITI Study Club Cabang UI; Asian Academy of Prosthodontics; Indonesian Academy of Craniomandibular Disorders; dan Anggota Persatuan Dokter Gigi Indonesia.

Pengukuhan guru besar Prof. Ratna turut dihadiri Ketua Ikatan Periodonsia Komisariat Jakarta Raya, drg. Maya Lewerisa, Sp.Perio; Wakil Ketua Konsil Kesehatan Indonesia, Laksamana Muda TNI (Purn) drg Andriani, Sp.Orth; dan Presiden Komisaris PT Bayu Buana Gemilang, Mayjen TNI (purn) Muhdi Purwoprandjono.***

KONSULTASI

Konsultasi

konsultasikan masalah kesehatan gigi anda pada kami.
Dengan mengisi form di bawah ini