INFO
Penyakit Mulut Rugikan Dunia 710 Miliar Dolar AS Per Tahun
15 November 2024
Gigisehat - Karies, periodontitis, dan kehilangan gigi menyebabkan kerugian miliaran dolar di seluruh dunia setiap tahunnya.
Hal ini mengacu pada hasil penelitian terbaru di Rumah Sakit Universitas Heidelberg dan Fakultas Kedokteran Universitas Heidelberg.
Biaya pengobatan penyakit mulut, gigi, dan rahang menempati urutan ketiga di Uni Eropa (UE), setelah penyakit kardiovaskular dan diabetes. Hasil penelitian tersebut baru saja dipublikasikan di 'Journal of Dental Research'.
Pentingnya data penelitian ini digarisbawahi fakta bahwa data tersebut dimasukkan dalam Laporan Status Kesehatan Mulut Global pertama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Rencana Aksi Kesehatan Mulut Global WHO tahun 2023-2030.
Untuk penelitian ini, Profesor Dr Dr Stefan Listl, Kepala Bagian Kesehatan Mulut di Institut Kesehatan Global Heidelberg dan Profesor Ekonomi Kesehatan Translasional di Fakultas Kedokteran Heidelberg Universitas Heidelberg, dan timnya mengevaluasi data dari 194 negara.
Penelitian ini memperhitungkan biaya perawatan gigi (biaya langsung) dan hilangnya produktivitas akibat penyakit gigi (biaya tidak langsung) akibat karies pada gigi susu dan gigi permanen, periodontitis kronis, kehilangan gigi total dan penyakit mulut lainnya.
Total biaya yang ditetapkan untuk tahun 2019 sekitar 710 miliar dolar AS atau sekitar 640 miliar euro di seluruh dunia.
Total biaya tersebut terdiri dari biaya langsung (biaya perawatan) sekitar 387 miliar dollar AS (sekitar 341 miliar euro) dan biaya tidak langsung (kerugian produktivitas) akibat penyakit gigi hampir 323 miliar dollar AS (sekitar 299 miliar euro).
Sebagian besar biaya tidak langsung di seluruh dunia disebabkan kehilangan gigi dan periodontitis.
Sekitar tiga perempat dari total hilangnya produktivitas disebabkan kedua penyakit ini saja.
Di Jerman, belanja langsung pada tahun 2019 sekitar 30,9 miliar dolar AS (sekitar 27,8 miliar euro), atau sekitar 372 dolar AS (334 euro) per kapita.
Kerugian produktivitas di sana mencapai 232 dolar AS (208 euro) per kapita.
Secara keseluruhan, kerugian tidak langsung di Jerman sebesar 19,4 miliar dolar AS (17,5 miliar euro).
Pada tahun 2019, negara-negara berpendapatan rendah menghabiskan rata-rata sekitar US$0,52 (€0,47) per kapita per tahun untuk perawatan gigi (perawatan dan pencegahan).
Sementara negara-negara berpendapatan tinggi menghabiskan sekitar US$260 (€233).
Di Jerman, angkanya sekitar US$372 (€334) per kapita.
Meskipun demikian, kata Listl, ada juga tantangan dalam perawatan gigi di Jerman.
Misalnya, semakin sedikitnya praktik dokter gigi di daerah pedesaan.
Ada juga kelompok masyarakat rentan, seperti orang yang membutuhkan pertolongan dan perawatan, dimana perawatan gigi berkelanjutan tidak selalu terjamin.
Data masuk dalam rencana aksi kesehatan mulut WHO
Angka-angka tersebut menunjukkan relevansi ekonomi yang signifikan dari penyakit mulut, gigi dan rahang serta menunjukkan besarnya beban ekonomi yang ditanggung individu dan masyarakat.
“Seperti yang ditunjukkan dalam Resolusi WHO tentang Kesehatan Mulut, Laporan Status Kesehatan Mulut Global WHO, dan Rencana Aksi Kesehatan Mulut WHO tahun 2023-2030, penelitian ini (oleh Listl dan timnya) mengenai dampak ekonomi global dari penyakit mulut sangatlah penting dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mulut dan memprioritaskan kebijakan kesehatan mulut yang hemat biaya dan adil secara sosial,” kata Dr. Benoit Varenne, Pejabat Program Kesehatan Mulut WHO.
Lebih dari 3,5 miliar orang di seluruh dunia terkena penyakit dan keluhan mulut. Menurut WHO, penyakit gigi adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia – dan sebagian besar penyakit ini dapat dihindari melalui pencegahan atau pengobatan pada tahap awal.
Karena itu WHO dan Listl menekankan diperlukan konsep praktis untuk sistem kesehatan mulut yang lebih berorientasi pada pencegahan.
Hal ini memerlukan intervensi kesehatan mulut yang hemat biaya untuk seluruh populasi. Misalnya melalui peraturan lebih ketat mengenai konsumsi gula dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mulut yang terjangkau bagi semua orang dan perencanaan personel berbasis kebutuhan untuk layanan kesehatan mulut.
Studi yang dilakukan oleh tim Listl menggarisbawahi relevansi informasi yang diperbarui secara berkala dan transparan mengenai dampak ekonomi penyakit mulut sebagai bantuan pengambilan keputusan untuk mencapai cakupan kesehatan mulut universal untuk semua.
Pertemuan kesehatan mulut global WHO yang pertama akan diadakan di Bangkok, Thailand pada 26-29 November 2024.
Hasil penelitian yang disajikan di sini kemungkinan besar juga akan mempunyai arti penting di sana.
Prof Listl juga akan hadir pada kongres tersebut sebagai koordinator acara sampingan bertajuk “Berinvestasi Lebih Banyak, Berinvestasi Lebih Baik: Menggunakan Ekonomi untuk Membantu Membentuk Kebijakan Kesehatan Mulut”.*
Sumber: idw-online.de