INFO
Penemuan yang Bisa Ubah Peta Evolusi Manusia Modern
14 September 2025

Gigisehat - Di tanah tandus Afar, Ethiopia, angin gurun menyapu lapisan debu yang menyembunyikan cerita masa silam. Di sinilah, tujuh tahun lalu, sebuah penemuan gigi memicu pertanyaan besar tentang siapa kita dan dari mana kita berasal.
Dilansir dari Wall Street Journal, kisahnya bermula ketika tim paleoantropolog sedang melakukan pencarian fosil di situs arkeologi Ledi-Geraru.
Seorang asisten lapangan, Omar Abdulla Omar, tiba-tiba berhenti. Pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang mencuat dari tanah vulkanik.
Saat disapu debu, ia menemukan sebuah gigi. Beberapa jam kemudian, keajaiban itu terulang: sebuah gigi geraham lain muncul dari tanah yang sama.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
Dalam seminggu, sembilan gigi purba terkumpul—geraham dan gigi seri—semuanya berusia sekitar 2,6 juta tahun. Fosil kecil ini, menurut para peneliti, bisa mengubah cara memetakan garis keturunan manusia.
“Rasanya seperti keajaiban setiap menemukan bukti nenek moyang kita meninggal di tempat dan waktu yang tepat, sehingga fosilnya bisa bertahan jutaan tahun yang akhirnya ditemukan,” ujar Amy Rector, antropolog dari Virginia Commonwealth University sekaligus penulis pendamping penelitian ini.
Rector menegaskan, periode antara 2 hingga 3 juta tahun lalu adalah masa paling penting dalam evolusi manusia. Saat itu, genus Homo—leluhur langsung manusia modern—mulai muncul.
Di sisi lain, kelompok primata awal Australopithecus mulai punah. Dari garis keturunan ini lahirlah Lucy, salah satu fosil paling terkenal yang menunjukkan spesies awal sudah mampu berjalan dengan dua kaki.
Namun sembilan gigi dari Ledi-Geraru bercerita lain. Fosil-fosil itu tidak sama dengan Homo, dan juga tidak sepenuhnya mirip Australopithecus yang telah dikenal.
Sebelumnya, para peneliti juga menemukan empat gigi di lokasi yang sama.
Setelah dibandingkan, hasilnya mengejutkan: empat gigi adalah milik Homo awal, sementara sembilan gigi lainnya berasal dari spesies Australopithecus yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
Bertahun-tahun lamanya, para ilmuwan mengukur dan membandingkan bentuk gigi tersebut dengan koleksi fosil Afrika Timur. Hasilnya konsisten: sembilan gigi itu memang berbeda dari spesies yang sudah diketahui.
“Menurut saya, tim ini telah menunjukkan, bentuk gigi Australopithecus yang mereka temukan memang berbeda dari spesies lain yang ditemukan sebelumnya,” kata Kevin Hatala, paleoantropolog dari Chatham University, Pennsylvania, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Implikasinya besar. Penemuan ini menegaskan bahwa jutaan tahun lalu, di Afrika Timur, lebih dari satu spesies manusia purba hidup berdampingan—sebuah gambaran yang jauh lebih rumit dibanding dugaan sebelumnya.
Pada dekade 1990-an hingga 2000-an, banyak peneliti percaya Homo berkembang langsung dari satu cabang Australopithecus.
Tetapi Kaye Reed, paleoantropolog dari Arizona State University sekaligus penulis penelitian ini, melihatnya berbeda.
“Evolusi tidak berjalan lurus begitu saja,” jelas Reed.
“Bukan hanya satu nenek moyang saja yang berjalan melewati waktu.”
Bukti terbaru memperkuat pandangannya. Evolusi ternyata penuh percabangan, dengan beberapa spesies berbeda yang hidup dan beradaptasi di lingkungan yang sama.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Meski demikian, spesies baru ini belum memiliki nama resmi.
“Kita tidak bisa menamai spesies hanya dari gigi,” kata Reed.
“Kita butuh tengkorak!”
Kini, tim peneliti berharap masih ada fragmen lain yang menunggu di bawah lapisan tanah Afar. Karena di gurun ini, setiap butir pasir bisa saja menyimpan kunci untuk memahami siapa kita sebenarnya.***