INFO
Sensitivitas Gigi Manusia dan Asal-usulnya yang Mencengangkan
24 May 2025

Gigisehat - Sensitivitas gigi manusia telah lama menjadi subjek yang menarik dalam studi anatomi dan fisiologi. Temuan terbaru menunjukkan asal-usul karakteristik ini dapat ditelusuri jauh ke masa lampau, bahkan sebelum gigi terbentuk dalam rongga mulut.
Sebuah penelitian mengungkap, struktur gigi manusia kemungkinan berasal dari jaringan sensorik pada eksoskeleton ikan purba yang telah punah sejak ratusan juta tahun lalu.
Penelitian yang dipimpin Yara Haridy, ahli paleontologi dan biologi evolusioner dari University of Chicagoini ini dipublikasikan di jurnal Nature pada 21 Mei.
Melalui pendekatan komparatif dan teknologi pencitraan resolusi tinggi, tim peneliti mengidentifikasi jaringan sensorik pada eksoskeleton ikan kuno menunjukkan keterkaitan genetik dengan pembentukan gigi pada manusia modern.
Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan
“Ini menunjukkan bahwa ‘gigi’ juga bisa menjadi organ sensorik meskipun tidak berada di dalam mulut,” ujar Haridy dalam sebuah pernyataan.
Dengan demikian, struktur mirip gigi pada organisme awal kemungkinan besar pertama kali berevolusi sebagai alat sensorik sebelum mengalami modifikasi menjadi organ pengunyah.
Penelusuran Vertebrata Dini melalui Fosil
Dalam upaya merekonstruksi evolusi vertebrata awal, para peneliti memfokuskan studi mereka pada spesimen fosil dari periode Kambrium hingga Ordovisium (sekitar 541–443 juta tahun lalu).
Salah satu indikator penting kehadiran vertebrata adalah ditemukannya dentin, jaringan keras khas yang terdapat di bawah enamel gigi, di dalam struktur tubulus internal.
Studi dilakukan pada spesies ikan tak berahang purba, Anatolepis heintzi.
Pemindaian CT resolusi tinggi menunjukkan adanya struktur pori-pori yang semula diinterpretasikan sebagai komponen dentin.
Namun, perbandingan lebih lanjut dengan fosil makhluk laut lain serta organisme modern, seperti krustasea, mengungkap bahwa struktur tersebut lebih menyerupai organ sensorik pada cangkang.
Penemuan ini mengarah pada reinterpretasi taksonomi *A. heintzi*, yang kemungkinan besar bukan merupakan vertebrata, melainkan artropoda invertebrata kuno.
Evolusi Jaringan Mineralisasi dan Implikasinya
Hasil temuan ini memperkuat hipotesis bahwa jaringan mineralisasi yang berfungsi sensorik telah berevolusi secara paralel di berbagai kelompok hewan sejak lebih dari 460 juta tahun lalu.
Pada vertebrata awal, jaringan ini kemudian bertransformasi menjadi dentin—komponen utama dari gigi manusia yang dikenal karena sensitivitasnya terhadap rangsangan mekanik dan termal.
“Dilihat dari sudut pandang evolusi, fakta bahwa gigi di dalam mulut sangat sensitif tidak lagi menjadi misteri,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.
“Sensitivitas ini justru mencerminkan asal-usul evolusioner gigi yang berasal dari baju zirah sensorik milik vertebrata awal.”
Studi ini menawarkan kontribusi penting terhadap pemahaman evolusi struktur gigi dan memperlihatkan bagaimana toolkit genetik yang sama dapat digunakan evolusi untuk menciptakan struktur-struktur baru dengan fungsi berbeda.
Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi
Selain itu, temuan ini membuka jalan bagi penelitian lanjutan mengenai peran jaringan sensorik dalam pembentukan organ-organ mineralisasi lain pada vertebrata.
Dengan demikian, sensitivitas gigi manusia bukan hanya fenomena fisiologis, melainkan juga cerminan sejarah evolusioner yang kompleks dan panjang.
Seperti yang dikatakan dalam penutup penelitian ini, setiap kali merasakan sensasi menusuk pada gigi saat menggigit es krim, kita sedang mengalami warisan evolusi dari sistem sensorik milik ikan purba yang hidup ratusan juta tahun lalu.***