INFO

Potensi Limbah Kulit Siwalan untuk Perawatan Karies

08 July 2024

Ilustrasi - Perawatan gigi berlubang.(Freepik)

Gigisehat - Sekelompok mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan solusi inovatif material perawatan karies. Karies adalah infeksi bakterial yang mengenai jaringan keras gigi melalui proses regresif kronis. 

Data Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan sebanyak 88,8% penduduk Indonesia mengalami karies.

Tingginya angka prevalensi tersebut membuat karies menduduki enam besar penyakit yang diderita masyarakat.

Berawal dari keresahan tersebut, terbentuk kelompok riset eksakta ilmiah kolaborasi antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dengan Fakultas Kedokteran untuk menciptakan solusi inovatif material perawatan karies.

Di bawah bimbingan drg. Rahmavidyanti Priyanto, Sp.KG, kelompok riset eksakta beranggotakan lima mahasiswa yaitu Fadia Amalina Putri (FKG), Bachren Azra Saputra FKG), Marshanda Keysa Putri M. (FKG), Arfania Laily Rizky R. (FK), dan Darmawan Chandra Siswanto (FK).

Berfokus meningkatkan keberhasilan perawatan karies, nereka mengembangkan sebuah penelitian dengan memanfaatkan potensi limbah kulit siwalan, buah khas pesisir Indonesia menjadi Bioactive Composite Hydrogel sebagai material terapeutik perawatan pulp capping secara cepat dan efektif.

Kulit Siwalan dipilih sebagai bahan baku utama dalam pembuatan material, karena memiliki kandungan kitosan tinggi untuk mengoptimalkan proses regenerasi jaringan.

Penelitian ini didanai Kemdikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta tahun 2024.

“Saat ini masih banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui perihal perawatan pulp capping. Mereka menganggap bahwa gigi berlubang atau karies dalam, harus dilakukan pencabutan atau perawatan saluran akar,” ujar Fadia dikutip dari laman prasetya.ub.ac.id.

Fadia menjelaskan pulp capping merupakan sebuah perawatan dengan pemberian material bioaktif pada lapisan dentin tipis atau pulpa terbuka untuk melindungi dan merangsang penyembuhan jaringan pulpa sehingga saraf dan pembuluh darah di dalamnya tetap vital.
Sayangnya, material yang umum digunakan, masih memiliki banyak kekurangan seperti lamanya regenerasi jaringan, perlekatan rendah, dan kurang bersifat bakterisida sehingga meningkatan resiko kegagalan.

Drg. Rahmavidyanti, Sp.KG selaku dosen pembimbing menerangkan perawatan pulp capping dinilai sebagai perawatan yang minimal invasif namun dapat mencegah kerusakan dentin dan pulpa lebih lanjut, sehingga lebih baik dibandingkan Perawatan Saluran Akar (PSA).

“Penelitian ini diinisiasi dengan proses formulasi bioactive composite hydrogel nano kitosan ekstrak kulit siwalan, kemudian material tersebut diberikan pada gigi geraham tikus yang dipreparasi membentuk kavitas dalam untuk melihat pertumbuhan jumlah dan luas odontoblast like cell melalui pengamatan histologi,” kata Bachren.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa bioactive composite hydrogel nano kitosan ekstrak kulit siwalan dapat meningkatkan pertumbuhan odontoblast-like cell dengan mengikat protein transforming growth factor (TGF- β1) sehingga dentin reparatif sebagai indikator kesuksesan pulp capping dapat terbentuk lebih cepat dibandingkan material standar.

Selain itu, material yang diinovasikan terbukti memiliki kemampuan antibakteri dan toksisitas baik karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis-bakteri penyebab karies dalam hingga 0% juga tidak menimbulkan efek samping pada morfologi dan fisiologi tikus.

“Seiring berjalannya penelitian, material ini masih akan terus dikembangkan dan dievaluasi untuk memenuhi semua standar sebagai material pulp capping yang siap digunakan dokter gigi untuk masyarakat luas. Kami berencana untuk memaksimalkan skala pengembangan material tidak hanya pada tingkat lab dan program PKM saja, namun akan terus optimasi hingga berstandar internasional,” jelas Marshanda.

“Meski masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, diharapkan material ini nantinya dapat dioptimalkan lebih lanjut dan digunakan untuk masyarakat Indonesia sebagai solusi untuk mempercepat perawatan pulp capping tanpa takut akan timbul efek samping dan keradangan kembali,” tambah Arfania dan Chandra.

Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi nyata dalam pembaharuan kajian IPTEK melalui penerapan sintesis hydrogel berbasis teknologi nano dengan pemanfaatan limbah yang dapat menjadi suatu solusi alternatif kuratif tingginya kasus karies di Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.***

KONSULTASI

Konsultasi

konsultasikan masalah kesehatan gigi anda pada kami.
Dengan mengisi form di bawah ini