INFO

Jangan Sepelekan Penyakit Gusi, Efeknya Bisa Sampai ke Otak

04 November 2025

Ilustrasi - Jangan sepelekan penyakit gusi.(Pixabay)

Gigisehat - Studi terbaru menemukan orang dewasa yang menderita penyakit gusi (periodontitis) berpotensi lebih besar menunjukkan tanda-tanda cedera pada materi putih otak (white matter).

Temuan ini memperkuat bukti, kesehatan mulut mungkin berperan penting dalam menjaga kesehatan otak, meski hubungan sebab-akibatnya belum dapat dipastikan sepenuhnya.

Penelitian ini dipublikasikan pada 22 Oktober 2025 di jurnal Neurology Open Access milik American Academy of Neurology.

Penyakit Gusi dan Cedera Otak 

Materi putih otak merupakan kumpulan serabut saraf yang menghubungkan berbagai bagian otak agar dapat berkomunikasi dengan baik.

Baca Juga: Peneliti Jepang Temukan Obat Bantu Tumbuhkan Kembali Gigi

Ketika jaringan ini rusak, seseorang bisa mengalami gangguan memori, kemampuan berpikir, keseimbangan, dan koordinasi gerak, bahkan peningkatan risiko stroke.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan menemukan adanya white matter hyperintensities (WMH), bintik-bintik terang kecil pada hasil pemindaian otak yang mencerminkan area kerusakan jaringan.

Bintik ini biasanya meningkat seiring bertambahnya usia dan dianggap sebagai penanda cedera otak akibat gangguan pembuluh darah kecil.

Para peneliti menduga peradangan kronis di mulut akibat penyakit gusi dapat memengaruhi kesehatan pembuluh darah di otak, meskipun mekanisme pastinya masih perlu dikaji lebih lanjut.

Studi Melibatkan Lebih Dari 1.000 Orang Dewasa

Penelitian yang dipimpin Dr. Souvik Sen, MD, MS, MPH, dari University of South Carolina, Columbia, melibatkan 1.143 orang dewasa dengan rata-rata usia 77 tahun.

Setiap peserta menjalani pemeriksaan gigi dan gusi, serta pemindaian otak (MRI) untuk mendeteksi adanya tanda-tanda penyakit pembuluh darah kecil otak (cerebral small vessel disease).

Dari seluruh peserta, 800 orang diketahui memiliki penyakit gusi, sedangkan 343 orang tidak.

Hasil pemindaian menunjukkan mereka yang menderita penyakit gusi memiliki volume white matter hyperintensities lebih besar, yaitu 2,83% dari total volume otak, dibandingkan dengan 2,52% pada kelompok tanpa penyakit gusi.

Peserta kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan kerusakan materi putih:

Kelompok tertinggi memiliki lebih dari 21,36 cm³ jaringan otak yang terdampak. Sedangkan kelompok terendah memiliki kurang dari 6,41 cm³.

Menariknya, 28% dari peserta dengan penyakit gusi termasuk dalam kelompok tertinggi tingkat kerusakan otak, sementara hanya 19% dari peserta tanpa penyakit gusi yang berada di kelompok tersebut.

Setelah memperhitungkan faktor lain seperti usia, jenis kelamin, ras, tekanan darah, diabetes, dan kebiasaan merokok, peneliti menemukan bahwa penderita penyakit gusi memiliki risiko 56% lebih tinggi mengalami kerusakan materi putih paling luas.

Tidak Semua Jenis Kerusakan Otak Berkaitan dengan Penyakit Gusi

Peneliti tidak menemukan hubungan antara penyakit gusi dengan dua jenis kerusakan otak lain yang juga berkaitan dengan penyakit pembuluh darah kecil, yaitu cerebral microbleeds (perdarahan mikro otak) dan lacunar infarcts (infark kecil di otak).

Hal ini menunjukkan bahwa kaitan yang ditemukan mungkin spesifik pada kerusakan materi putih, bukan seluruh jenis cedera otak vaskular.

Kesehatan Mulut Bisa Dukung Kesehatan Otak

Menurut Dr. Sen, temuan ini membuka peluang baru dalam upaya pencegahan penyakit otak melalui perawatan gigi dan gusi.

“Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara penyakit gusi dan white matter hyperintensities, yang menyiratkan bahwa kesehatan mulut mungkin berperan dalam kesehatan otak, sesuatu yang baru mulai kita pahami,” ujar Dr. Sen.

“Jika penelitian lanjutan dapat mengonfirmasi kaitan ini, maka menjaga kesehatan mulut dapat menjadi cara baru untuk mengurangi risiko penyakit pembuluh darah otak. Untuk saat ini, hasil ini menegaskan bahwa merawat kesehatan gigi dan gusi juga berarti mendukung kesehatan otak jangka panjang,” tambahnya.

Perawatan Gusi, Investasi untuk Otak Sehat

Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan karena pemeriksaan gigi dan pemindaian otak hanya dilakukan satu kali, hasilnya menambah bukti kuat bahwa peradangan kronis di mulut bisa berdampak lebih luas terhadap fungsi otak dan sistem saraf.

Baca Juga: 20 Fakultas Kedokteran Gigi Terbaik di Indonesia Bisa Jadi Pilihan

Dengan kata lain, menyikat gigi secara teratur, menggunakan benang gigi, dan rutin memeriksakan gigi ke dokter bukan hanya penting untuk mencegah gigi berlubang, tetapi juga dapat menjadi investasi kesehatan otak di masa tua.***

Sumber: sciencedaily.com

GIGISEHAT

Register

🦷✨ Selamat Datang di Dunia Tanpa Batas Ilmu Kedokteran Gigi!

Anda baru saja memasuki ruang interaktif berbasis Artificial Intelligence yang dirancang khusus untuk menjawab setiap pertanyaan seputar Ilmu Kedokteran Gigi—mulai dari teori dasar, kasus klinis, prosedur perawatan, hingga teknologi terbaru dalam dunia dentistri.

💡 Tanyakan Apa Saja

🧠 Didukung AI mutakhir, sistem ini akan membantu Anda memahami konsep, menyelesaikan studi kasus, hingga mendalami referensi akademik secara efisien dan terpercaya.

⚠ Catatan Penting

Platform ini khusus untuk Dokter Gigi dan Mahasiswa Kedokteran Gigi yang terdaftar secara resmi.

📥 DAFTARKAN DIRI ANDA SEKARANG!

🔒 Akses penuh hanya diberikan kepada pengguna yang telah melakukan registrasi dan verifikasi profesional.
Bergabunglah bersama komunitas cerdas dan berdedikasi di bidang kedokteran gigi.

Data Diri

Nama
Email
Password
Universitas
Semester
Tempat / Tgl Lahir
Jenis Kelamin
No KTP
Alamat
No telepon / HP